Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur saya panjatkan kepada
Tuhan yang Maha Esa karna atas rahmatnya saya dapat menulis tugas berupa karya
tulis autobiografi sederhana ini.
Adapun tujuan dari pembuatan
autobiografi ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Lintas
Minat yang diberikan oleh ibu Dra. Maesaroh. Selain itu, tujuan dari pembuatan
autobiografi ini juga untuk menginspirasi dan memberi manfaat bagi orang-orang
yang membaca.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan membimbing saya
agar terselesaikannya autobiografi ini. Juga saya berterima kasih kepada
keluarga, teman, serta guru-guru saya yang telah menginspirasi saya.
Saya berharap dengan
terselesaikannya tugas ini, saya bisa memenuhi standar kurikulum yang ada. Dan
saya juga berharap agar autobiografi ini juga bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum
wr. Wb
Depok, November 2013
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar...........................................................................................i
Daftar
Isi.....................................................................................................ii
Sub Tema :
I. Hujan di hari Selasa (hari
kelahiran)..............................................1
II. a,i,u,e,o (masa
TK)........................................................................5
III. Merah Putih (masa
SD)...............................................................9
IV. SMPN 4 Depok (masa SMP)........................................................16
V. Sekolah 5 langkah (masa SMA)....................................................24
Penutup......................................................................................................28
Lampiran....................................................................................................29
I. Hujan di hari Selasa
Angin
berhembus dengan sangat kencang tanpa peduli apapun yang dilaluinya. Hujan
deras mengikuti disertai dengan kawan setianya yaitu kilat dan petir.
Pada
tanggal 21 Juli 1998, di salah satu rumah sakit di daerah Depok, Jawa Barat,
terdengar rintihan kesakitan dari beberapa wanita paruh baya di suatu ruangan.
Apakah yang terjadi? Ternyata suara tersebut berasal dari wanita-wanita yang
sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Di ruangan tersebut terdapat 4 wanita
yang sedang melahirkan bersama-sama.
Beberapa
saat kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan dari pasangan suami-istri
Muhammad Subari dan Salwiyah. Mereka bahagia? Sudah pasti. Karna bayi tersebut
adalah anak pertama mereka. Setelah bayi itu lahir, sang ayah menangis entah
karna bahagia atau karna hal lain. Karna saat sang bayi masih di dalam perut,
ayahnya sangat berharap agar anaknya laki-laki. Tetapi saat itu yang lahir
adalah perempuan. Lalu apa alasannya sang ayah menangis? Mungkin karna
keduanya..
Anak
itu memiliki berat 3,7 kg dan panjang 52 cm. Ukuran yang lumayan besar bagi
seorang bayi yang baru lahir. Anak itu terlihat sangat gemuk dan rambutnya
sedikit membuatnya jadi terlihat seperti bola (?). Tapi untung saja kulitnya
putih. Orang-orang di rumah sakit malah mengira dia sudah berumur 6 bulan.
Padahal anak itu baru saja lahir.
Anak
itu akhirnya diberi nama Rahayu Nurjanah. Nama “Rahayu” diambil dari bahasa
Jawa yang artinya “selamat”. Sedangkan nama “Nurjanah” diambil dari bahasa Arab
yang artinya “cahaya surga”. Tapi karna nama “Rahayu” terlalu panjang, akhirnya
orang-orang rumah memanggilnya “Ayu”.
Tak
lama setelah bayi itu lahir, bayi lainnya ikut menyusul. Hampir semua yang
lahir di ruangan itu perempuan. Hanya 1 bayi laki-laki yang lahir. Yaitu orang
yang ranjangnya berada di sebelah bayi perempuan yang sedang diceritakan. Tidak
diragukan memang. Karna saat ini jumlah perempuan lebih banyak daripada
laki-laki.
Setelah
ibu dari si anak perempuan dan ibu si anak laki-laki pulang dari rumah sakit,
mereka masih berteman. Kadang-kadang ibu mereka pergi membawa anak mereka
imunisasi bersama. Tapi beberapa bulan kemudian, mereka sudah tidak bertemu
lagi. Bahkan sekarang ibu si anak perempuan sudah lupa siapa nama teman barunya
dan anak laki-lakinya itu.
Setelah
sekian lama, bayi perempuan itu akhirnya tumbuh semakin besar. Bahkan ia jauh
lebih montok dan menggemaskan. Ibunya sering memakaikannya baju-baju yang
berlengan pendek dan bawahan yang pendek juga. Yah namanya juga anak kecil,
jadi pakai baju terbuka tidak apa-apa kan?
Anak
itu semakin tumbuh menjadi balita yang sehat. Dikarenakan ASI yang sehat juga
makanan pendamping yang sehat juga. Setelah tidak diberikan ASI lagi, anak itu
diberikan susu formula. Ibunya memberikannya susu di botol susu bayi yang
paling besar dan akan langsung dihabiskan oleh anaknya. Hanya saja anak itu
susah sekali makan nasi. Setiap kali disuapi oleh ibunya, ia hanya menyimpan
makanannya di mulut dan tidak dikunyah. Jadi ibunya harus memaksanya dulu baru
ia mau makan.
Ayu
baru bisa berjalan pada umur 15 bulan. Bahkan ibunya pun bingung sendiri kapan
anaknya bisa berjalan. Ibunya selalu mengomelinya agar mencoba berjalan
sedikit-sedikit, tapi tetap saja ia tidak mau berjalan. Mungkin karna ia malas.
Oleh karna itu ibunya membelikannya baby woker untuk belajar berjalan. Sedangkan
ia bisa bicara saat umur 12 bulan. Makanya, ayahnya sering mengajaknya
bernyanyi setelah ayahnya pulang kerja. Sebelum tidur, ia juga dinyanyikan lagu
Jawa oleh ayahnya. Karna hobinya yang suka menyanyi, ia dibelikan CD lagu
anak-anak oleh orang tuanya. Setiap pagi, ia selalu mendengar lagu-lagu itu
sambil ikut bernyanyi. Setelah itu, ia langsung menonton Teletubbies, salah
satu kartun favoritnya.
Saat
ia masih balita, ia sering bermain bersama tetangganya yang 1 tahun lebih muda
darinya. Namanya Fafa. Karna rumah mereka yang bersebelahan, sang ibu jadi
tidak perlu khawatir untuk mencarinya. Tapi suatu hari, ia pernah bermain
sampai keluar gang rumahnya. Entah mau kemana perginya. Sang ibu sangat panik.
Karna ibunya pikir ia sedang bermain bersama Fafa. Tapi ternyata ia tidak ada
di rumah Fafa. Tak lama setelah itu, untung saja pemilik warung di dekat rumah
datang sambil menggandeng Ayu. Dia bilang tadi Ayu sedang berjalan dengan
bingung di dekat rumahnya. Lalu karna dia takut terjadi apa-apa, dia akhirnya
mengantarkan Ayu pulang ke rumahnya. Tapi untung saja si pemilik warung itu
kenal dengan si anak. Karna keluarga si anak termasuk orang baru di daerah itu.
Selama
masih kecil, ia suka sekali yang namanya jalan-jalan. Orang tuanya selalu
mengajaknya jalan-jalan tiap sebulan sekali. Ke Taman Mini, Kebun Raya Bogor,
Ciater dan tempat-tempat lain. Bahkan setelah adiknya lahir ia masih sering
jalan-jalan juga. Pernah suatu hari ia dan orang tuanya jalan-jalan ke suatu
tempat tapi karna suatu alasan adiknya tidak diajak dan dititipkan kepada nenek
yang juga tinggal bersama keluarga mereka.
Saat
pertama kali, ia memanggil ibunya dengan “mama”. Tapi karna terlalu sering
nonton film telenovela bersama ibunya, ia akhirnya memanggil ibunya dengan
panggilan “ibu” karna pemeran utama dalam serial telenovela itu memanggil ibunya
dengan panggilan “ibu”. Akhirnya dia ikut-ikutan juga. Berbeda ayahnya, dari
dulu ia selalu memanggilnya “bapak” dan tidak pernah berganti-ganti.
Saat
masih berumur 3 tahun, ia pernah melakukan suatu hal yang bisa dibilang “aneh”.
Waktu itu ia sedang memainkan sebuah gelang yang sudah rusak di teras rumah. Ia
memainkan manik-manik gelang itu yang berbentuk bulat kecil. Ibunya
memperingatkannya agar tidak memasukkan manik-manik itu ke hidung atau mulut,
setelah itu ibunya masuk ke dalam rumah untuk mencuci baju. Tapi mungkin karna
rasa penasaran yang sangat besar, ia akhirnya malah memasukkan 1 manik-manik
itu ke dalam hidungnya. Setelah rasa penasarannya terbayar, ia mencoba
mengeluarkan manik-manik itu tapi semua usahanya sia-sia. Ia mulai panik dan
menangis. Akhirnya ia memanggil ibunya dan saat ibunya melihat keluar, ibunya
memarahinya karna sudah melakukan hal yang tadi sudah dilarang. Ibunya mencoba
untuk mengeluarkannya juga tapi tidak bisa. Akhirnya si ibu memanggil ayahnya
untuk mencoba mengeluarkannya. Si ayah juga memarahinya karna tindakannya yang
bodoh. Dan mungkin itu adalah pertama kali si ayah memarahinya karna
sebelum-sebelumnya si ayah sangat baik kepadanya. Karna merasa jengkel, si ibu
menakut-nakuti Ayu dengan mengatakan kalau manik-manik itu hanya bisa
dikeluarkan kalau hidungnya di operasi. Alhasil, ia tambah takut dan menangis
lebih keras. Tapi untung saja akhirnya manik-manik itu bisa keluar karna
dikeluarkan sang ayah. Setelah itu si ayah memarahinya agar tidak melakukan hal
itu lagi dengan mengatakan “jangan begitu lagi ya! Nanti kalo masuk ke hidung
lagi terus gak bisa dikeluarin, nanti di operasi lho!”. Setelah mendengar itu,
otomatis ia takut dan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi. Yah namanya
juga anak kecil, masih banyak penasaran terhadap hal yang mereka belum tau.
II. a,i,u,e,o
Saat
umurnya hampir mendekati 5 tahun, sudah waktunya bagi Ayu untuk masuk ke Taman
Kanak-kanak. Saat itu ayah dan ibunya membujuknya agar mau masuk TK, tapi ia
tidak mau karna ia sudah biasa hanya bermain di rumah. Jadi ia merasa takut dan
juga malas untuk pergi ke TK. Setelah cukup lama dibujuk, akhirnya ia mau masuk
ke TK. Ia dimasukkan ke TK Al-Arafah.
Ia
masuk ke TK saat mau mendekati akhir semester, jadi bisa dibilang “tanggung”.
Saat itu, ia hanya memakai baju main, sedangkan anak-anak disana memakai baju
seragam. Ia jadi merasa minder sendiri, dan akhirnya ia menangis dan minta
pulang. Tapi untung saja guru disana membantunya untuk membujuk Ayu agar tidak
menangis, dan akhirnya ia mau masuk ke kelas dan belajar bersama yang lain.
Anak-anak disana juga ramah, mereka saling memperkenalkan diri dan menghiburnya
agar tidak menangis lagi.
Akhir
semester pun tiba, teman-teman Ayu semuanya sudah melanjutkan pendidikan mereka
ke SD, terkecuali Ayu sendiri. Ia masih harus belajar di TK lagi selama 1
tahun, tetapi itu tidak membuatnya sedih, ia malah mendapatkan teman-teman baru
yang seumuran dengannya. Bahkan ia mempunyai “geng” sendiri yang beranggotakan
4 orang, yaitu Audrie, Putri, Anita dan Ayu sendiri.
Mereka
ber 4 sering bermain bersama di sekolah maupun di luar sekolah. Karna rumah
mereka 1 arah, mereka selalu pulang bersama. Yang sampai di rumah duluan adalah
Putri, yang kedua Anita, yang ketiga Audrie, dan yang terakhir Ayu.
Kadang-kadang setelah pulang sekolah, mereka main dulu di rumah salah satu dari
mereka. Tapi mereka lebih sering bermain di rumah Putri karna memang rumah
putri yang paling dekat dengan TK. Mereka kadang bermain boneka, masak-masakan,
atau mungkin berkeliling mencari buah ceri.
Saat
mereka bermain, topik yang paling sering mereka bicarakan adalah tentang rumah
masing-masing. Yang paling mereka sering bicarakan adalah rumahnya Audrie. Ayu,
Putri dan Anita sering bilang kalau Audrie itu orang kaya karna rumahnya bagus.
Sedangkan mereka bertiga menunjuk diri mereka sendiri sebagai orang “sederhana”
. Karna tidak mau dibilang orang kaya sendiri, Audrie selalu membalas kalau ia
juga orang sederhana seperti yang lainnya. Tapi selanjutnya mereka terus saja
membahas hal itu.
Yah
namanya juga anak-anak, belum mengerti banyak soal bagaimana cara-cara
berteman. Yang mereka tau hanya bermain bersama saja. Kadang-kadang mereka
sering bertengkar hanya karna masalah sepele. Misalnya, salah satu dari mereka
pulang duluan tanpa menunggu yang lain, atau karna tokoh kartun favorit mereka
diambil orang lain. Kalau sudah begitu, pasti yang salah akan di “bully” oleh
yang lain dan tidak akan diajak bermain. Dan mengatakan kata-kata yang sering
dikatakan anak-anak jika bertengkar “Eh, jangan temenan sama si ‘itu’ ya! Dia
kan ngeselin, curang, sombong, dll.” Yah begitu terus sampai keesokan harinya
mereka baikan dan bermain bersama lagi.
Selama
di TK, Ayu diajari membaca, menulis, mengaji, dan juga hal-hal yang berkaitan
dengan agama. Misalnya nama-nama malaikat, rukun islam, rukun iman, kitab-kitab
Allah swt, dll. Sama seperti di TK lain, guru-guru disana mengajari anak-anak
dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak bisa lebih mudah memahaminya.
Seperti membuatkan lagu untuk hafalan nama-nama malaikat dan lain-lain.
Alhamdulillah,
selama di TK, ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Hanya saja ia masih
belum bisa lepas dari ibunya. Setiap kali habis diantar ke sekolah, ia selalu
meminta agar ibunya menemaninya. Tapi tentu saja ibunya tidak mau, karna ibunya
juga punya pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah. Dan akhirnya, salah satu
guru TK yang bernama bu Nining mencoba untuk menenangkannya dan menyuruh si ibu
pulang dan menyerahkan semuanya padanya. Akhirnya bu Nining mencoba membujuk
Ayu agar masuk ke kelas dan belajar lagi. Yah agak sulit memang untuk
menenangkan anak TK yang menangis. Bu Nining mencoba mengajak Ayu membaca iqra’
tapi anak itu tetap saja menangis. Dan syukurlah, setelah menempuh perjalanan
panjang untuk menenangkan Ayu, akhirnya ia berhenti menangis juga.
Selain
belajar di TK, Ayu juga mengaji saat sore hari di TK itu juga. Guru disana
sama, tapi hanya beberapa saja yang ikut mengajar di TPA. Hanya saja anak-anak
yang belajar disana berbeda. Ada banyak anak-anak dari berbagai kalangan umur
disana. Rata-rata mereka berumur 3-12 tahun. Sedangkan yang diatas 12 tahun
mengaji saat malam hari di rumah salah satu guru TK sekaligus guru mengaji juga
yang bernama bu Dian. Cukup banyak juga anak-anak TK Al-Arafah yang mengaji
disana. Termasuk “geng”nya Ayu. Anita, Putri dan Audrie. Sama seperti saat
sekolah, mereka berangkat mengaji bersama dan pulang bersama juga.
Selain
belajar mengaji, ia juga sudah diajari untuk sholat walaupun belum tau
bacaan-bacaan sholat. Tapi karna sudah sering melihat orang sholat, ia tahu
gerakan-gerakannya. Kadang-kadang jika ayahnya sudah pulang saat adzan maghrib,
ia ikut ayahnya pergi ke masjid untuk sholat berjamaah disana. Saat sampai di
masjid, yang ada disana hanya laki-laki saja. Sedangkan ia perempuan sendiri,
jadi terpaksa ia harus sholat sendirian di belakang. Saat ia sholat, ia
mengikuti gerakan-gerakan jamaah yang ada di depan, sedangkan bacaannya, ia
hanya membaca surat-surat pendek yang ia hafal saja. Bahkan ia juga membaca doa
makan, doa tidur, doa masuk kamar mandi dan doa-doa yang ia hafal karna ia
tidak tau harus membaca apa.
Saat
di TK, juga pernah diadakan manasik haji sekaligus jalan-jalan ke TMII. Ia
sangat menyukai saat itu karna itu pertama kalinya ia jalan-jalan bersama
teman-temannya. Saat itu ia pergi bersama ibu, adik dan salah satu tetangganya.
Pertama, ia pergi ke tempat manasik haji di daerah Pondok Gede. Disana ia
belajar cara-cara untuk melaksanakan ibadah haji. Tapi karna mereka masih TK,
mereka hanya diajari cara-cara dasarnya saja. Seperti mengelilingi ka’bah
(Tawaf) dan lempar jumrah. Setelah itu, mereka istirahat bersama orang tua
masing-masing dan berfoto-foto sebagai kenangan untuk masing-masing anak.
Saat
di tempat manasik haji, ia membeli beberapa mainan sebagai oleh-oleh. Waktu itu
ia membeli 2 boneka barbie dan sebuah kipas mainan dengan tenaga baterai.
Setelah itu ia dan rombongan yang lainnya melanjutkan perjalanan ke Taman Mini
untuk jalan-jalan sekaligus untuk perpisahan.
III. Merah Putih
Tiba
waktunya bagi Ayu untuk masuk ke Sekolah Dasar. Dan tiba juga saatnya bagi
gengnya untuk berpisah. Ayu dan Putri masuk ke SDN Cikumpa tapi berbeda kelas,
Audrie masuk ke SD Pemuda Bangsa, dan Anita masih harus menyelesaikan
pendidikannya di TK karna ia masuk TK saat umurnya masih 4 tahun, jadi ia harus
belajar di TK selama 2 tahun.
Masa
SD bisa dibilang masa yang paling menyenangkan bagi Ayu. Karna saat itu ia
masih bebas dari banyaknya tugas dan mempunyai banyak teman yang menyenangkan.
Saat
ia baru masuk SD, perasaannya sama seperti ketika ia baru masuk TK. Ia merasa
takut karna disana lebih banyak orang dibandingkan di TK. Ia juga takut tidak
mempunyai teman disana. Tapi ibunya berusaha menenangkannya dengan bilang kalau
anak-anak di TK Al-Arafah banyak juga yang masuk ke SD Cikumpa. Dan syukurlah
ia akhirnya bisa dengan mudah masuk ke kelas tanpa perlu dirayu-rayu dulu.
Saat
kelas 1, ia diajari lebih banyak hal daripada di TK. Untung saja ia sudah
lancar membaca, jadi tidak perlu kesulitan dalam memahami pelajaran.
Pernah
suatu saat seorang guru menyuruh untuk murid-murid membaca buku tapi membacanya
di dalam hati, tapi anak-anak masih belum paham apa maksudnya “membaca dalam
hati”. Mereka hanya berfikir kalau membaca dalam hati adalah membaca tapi tidak
ada suara. Maka dari itu mereka mencoba untuk membaca sepelan mungkin, tetapi
masih tetap terdengar suara bisik-bisik. Sampai-sampai si guru harus
memperingatkan lagi kalau mereka harus membaca dalam hati. Tapi Ayu masih
bingung kenapa masih terdengar suara bisik-bisik dari teman-temannya saat
membaca buku, padahal gurunya menyuruh untuk membaca dalam hati. Jadi ia
mencoba untuk mencari cara lain dengan membaca sambil menutup mulutnya.
Alhasil, caranya berhasil dan ia mulai menikmatinya. Tapi beberapa menit
kemudian, bel pulang berbunyi dan ia harus pulang ke rumah. Padahal ia baru
saja ingin menunjukkan pada gurunya kalau ia sudah bisa membaca dalam hati.
Saat kelas 1, ia sudah bisa meraih
prestasinya dengan menduduki rangking ke 4 di kelas. Permulaan yang cukup bagus
karna ia memang sudah cukup menguasai materi-materi yang ada. Gurunya juga
cukup tegas dan mampu mengajari murid-muridnya dengan baik. Dan akhirnya ia
naik ke kelas 2 bersama teman-temannya yang lain.
Di kelas 2, ia tetap mendapat guru
yang bagus meskipun berbeda. Alhasil, ia masih mampu meraih rangking di
kelasnya. Ia juga mulai dapat banyak teman yang baik dan “seru”.
Saat di kelas 3, ia mendapat guru
laki-laki. Tapi sayangnya guru itu tidak tegas. Ia jarang memberikan PR dan
mengajari muridnya dengan baik. Bahkan sampai-sampai murid-muridnya sering
menjahilinya karna mereka tidak merasa takut kepada guru itu. Tapi untung saja
Ayu tidak pernah melakukan hal seperti itu kepada gurunya.
Selama di kelas 3, ia benar-benar
merasa senang karna banyak sekali pengalaman menyenangkan saat itu. Ia sering
dibelikan buku harian yang bermotif sehingga ia sering menulis curahan hatinya
ke buku harian. Salah satu ceritanya adalah saat ia dan Putri marahan karna
Putri meninggalkan Ayu, Anita dan Audrie saat pulang mengaji. Ada juga saat Ayu
merasa iri karna hadiah ulang tahun Audrie lebih banyak darinya. Juga saat hari
Kartini, ia, nenek, dan pamannya pergi ke Studio Alam TVRI untuk mengikuti
acara santunan anak yatim (mewakili sepupu). Disana ia dapat melihat langsung
syuting acara TV “Si Entong”. Ia disana juga bertemu teman-teman sekelasnya
yang lain yang ingin melihat syuting tersebut. Yang membuat ia iri adalah
tema-temannya bisa mendapat tanda tangan artis pemain film tersebut bahkan
mengumpulkannnya. Tetapi sayangnya ia tidak membawa kertas dan pulpen sehingga
tidak bisa mengumpulkan tanda tangan artis-artis disana. Saat sedang mengobrol
dengan temannya yang bernama Risda, neneknya memanggilnya untuk segera pergi ke
musholla di daerah sana karna acaranya akan segera dimulai. Ia akhirnya pergi
ke musholla bersama neneknya, sedangkan pamannya menunggu di depan. Disana ia
bisa melihat para pemain sinetron itu dengan jelas. Terutama si pemeran utama
yang bernama Fahri yang memerankan Entong terlihat sangat putih dan tampan.
Bahkan sang nenek juga bilang kalau pria itu tampan. Menurutnya itu adalah
pengalaman yang paling menyenangkan baginya.
Saat ia kelas 3, jika ada teman yang
sakit maka akan diperbolehkan pulang ke rumah tapi tidak boleh sendirian karna
takut terjadi apa-apa. Oleh sebab itu, pak guru yang mengajar di kelasnya
menyuruh teman-temannya yang lain untuk menemaninya pulang. Pernah suatu saat
ada temannya yang sakit, namanya sama dengannya yaitu Ayu tetapi nama
lengkapnya Ayu Safitri. Saat itu Ayu Safitri sakit dan ingin pulang ke rumahnya.
Ayu dan temannya yang lain yang bernama Juliah, Odah, dan Risda menemani Ayu
Safitri untuk pulang ke rumah. Mereka menempuh perjalanan dengan berjalan kaki
karna tidak punya ongkos untuk naik angkot. Tapi menurut mereka jalan kaki
lebih menyenangkan karna bisa lebih terasa kebersamaannya. Mereka juga bisa
“berpetualang” karna mereka lebih memilih untuk melewati jalan pintas dibanding
jalan raya. Selama perjalanan, mereka bercanda dan saling mengobrol. Mereka
bahkan sampai tertawa terbahak-bahak karna salah satu dari mereka yaitu si
Juliah malah berjalan sambil “nyeker”. Si Odah juga mencoba mengancam sekaligus
bercanda ke yang lain kalau yang sampai terakhir nanti jadi Sumanto. Otomatis
semuanya lari dulu-duluan sambil tertawa-tawa. Saat sudah sampai di rumah Ayu
Safitri, mereka semua istirahat sebentar, setelah itu mereka pamit untuk
pulang. Untung saja mereka diberikan ongkos oleh Ibunya Ayu Safitri untuk naik
angkot agar tidak perlu capek-capek berjalan kaki lagi. Akhirnya mereka pulang
dengan naik angkot bersama-sama, lagipula mereka juga sudah kelelahan karna
berlari-lari tadi. Saat di dalam angkot, Ayu, Odah dan Juliah duduk di kursi
belakang bersama penumpang lain. Sedangkan Risda duduk sendiri di bangku depan
tapi dia duduk di dekat supirnya. Dan otomatis Risda menjadi bahan ledekan
teman-temannya.
Saat akhir semester tiba, ia
menerima rapot dan hasilnya... jeng jeng ia tidak mendapat rangking. Dan
jelas-jelas itu membuat ibunya jengkel. Bukan jengkel pada anaknya, melainkan
pada gurunya. Karna si ibu memang tau bagaimana cara guru anaknya mengajar.
Tapi meskipun jengkel, si ibu tidak mencoba untuk protes kepada sang guru,
tetapi si ibu hanya berdoa agar anaknya yang ke 2 tidak diajari olehnya saat
sudah SD nanti.
Saat kelas 4 dan kelas 5, peringkatnya
mulai menanjak lagi. Gurunya sudah bagus karna gurunya sudah termasuk “tegas”
apalagi saat ia kelas 5. Nama gurunya saat ia kelas 5 adalah Bu Lupi. Bu Lupi
bisa mengajarkan murid-muridnya dengan baik, selain itu Bu Lupi juga sering
memberikan latihan soal kepada murid-muridnya sehingga mereka mulai terbiasa
dengan soal-soal yang sulit sekalipun. Ia bahkan pernah mencatat nama-nama anak
yang jarang piket dan jarang mengerjakan PR dan menempelkannya di dinding agar
anak-anak bisa merasa malu dan berusaha agar menjadi lebih rajin dan disiplin.
Juga agar saat pengambilan rapot, orang tua murid bisa melihat nama anak
mereka. Tapi untung saja nama Ayu tidak ada disana sehingga Ayu tidak perlu
kena ceramah ibunya. Meskipun kadang-kadang Bu Lupi bersikap galak, tetapi
kadang-kadang ia baik kepada muridnya, ia sering curhat dan menceritakan
hal-hal yang membuat murid-muridnya terisnpirasi. Suatu hari Bu Lupi pernah
merasa jengkel kepada muridnya karna susah untuk diatur. Ia memutuskan untuk
tidak mengajar lagi di kelas 5A dan minta
untuk digantikan dengan guru lain. Mendengar hal itu, semua murid di
kelas menangis karna merasa tidak rela. Meskipun Bu Lupi kadang-kadang galak,
tetapi mereka tetap tidak rela jika Bu Lupi tidak mengajar mereka lagi.
Akhirnya semua murid 5A menangis dan mencoba meminta maaf kepada bu Lupi agar
tidak jadi meninggalkan kelas mereka. Karna merasa tidak tega, keesokan harinya
bu Lupi masuk ke kelas itu lagi dan mengajar lagi seperti biasa. Tapi bukan
berarti murid-murid di kelas 5A akan menyepelekan hal itu, mereka malah
bersyukur dan menjadikan hal itu sebuah pelajaran agar mereka menjadi murid
yang lebih disiplin dan mencoba untuk tidak membuat bu Lupi marah lagi. ^^
Saat akhir semester di kelas 5
berakhir, Ayu merasa sangat senang karna bisa meraih prestasi lagi dengan
menjadi rangking ke 4 di kelasnya. Hal itu membuat orang tua mereka senang
juga. Sang ibu akhirnya berterima kasih kepada bu Lupi dengan memberikan hadiah
kepada sang guru agar sang guru senang. Beginilah guru yang sangat diharapkan
oleh sang ibu bahkan ibu-ibu lainnya.
Kelas 6 adalah satu tahun terakhir
Ayu berada di Sekolah Dasar untuk melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Ia berusaha untuk bisa mendapat nem yang memuaskan agar bisa
membuat orang tuanya senang juga agar tidak perlu repot-repot memilih SMP,
karna jika nemnya besar, otomatis bisa masuk ke SMP mana saja.
Kelas saat ia kelas 6 berada di
kelasnya saat ia kelas 3 dulu. Dan bersebelahan dengan kelas adiknya yang
berada di kelas 2. Ia diajari oleh guru yang bernama bu Mriyatin atau bisa
dipanggil bu Tin. Bu Tin juga termasuk guru yang tegas walaupun tidak setegas
bu Lupi. Ia mulai mengulang hal-hal yang sudah dipelajari saat ia kelas 4 &
5. Karna gurunya bilang beberapa materi di kelas 4 & 5 akan masuk ke soal
UN nanti.
Mata pelajaran yang paling ia sukai
saat kelas 6 adalah IPS. Karna saat itu mata pelajaran IPS membahas tentang
keajaiban-keajaiban yang ada dunia. Dan ia sangat menyukai itu. Karna saat
mempelajari hal itu, ia merasa seperti sedang keliling dunia. Oleh karna itu,
setiap ada ulangan IPS terutama saat ulangan bab keajaiban dunia, ia selalu
mendapat nilai yang bagus. Karna ia memang menyukai itu, makanya ia tertarik
untuk mempelajari banyak hal tentang keajaiba dunia.
Saat hari menjelang UN, entah kenapa
ia sama sekali tidak merasa panik dan tertekan. Ia malah merasa santai seolah
UN masih beberapa bulan lagi. Ia bahkan hanya belajar sedikit saat H-1 UN.
Ibunya sudah memperingatkannya kalau sampai nemnya kecil dan ia masuk SMP
swasta, ia akan dikirim ke kampungnya di Lampung. Tapi ia sama sekali tidak
menggubris hal itu. Padahal selama try out, hasilnya selalu tidak memuaskan.
Ada yang 24,65 dan yang paling besar hanya 25,50. Oleh sebab itu ayahnya sudah
pasrah dan yakin kalau nem anaknya nanti pasti tidak akan memuaskan. Tapi
setelah UN berlalu, ia mendapat nem yang tinggi yaitu 27,05. Ibunya merasa
sangat senang bahkan hampir menangis karna terharu. Ia sendiri malah berusaha
membanggakan dirinya ke ibunya kalau
akhirnya ia bisa mendapat nem yang tinggi walaupun orang tuanya selalu
menakut-nakutinya dan tidak meyakini kalau anaknya bisa mendapat hasil yang
memuaskan.
Setelah nem didapat, sudah saatnya
ia memilih SMP yang akan dituju. Ibunya menyarankan untuk masuk ke SMPN 4 Depok
saja karna jaraknya tidak terlalu jauh dibandingakan SMP lainnya. Ia sendiri
malah tidak tau harus masuk kemana da menyerahkan semua itu ke orang tuanya
saja. Tapi saat ada yang bertanya “kenapa anaknya malah masuk SMP 4? Kenapa gak
SMP 3 aja? Kan nem Ayu gede.” Si ibu malah menjawab “tau tuh anaknya yang mau,
saya sih nurutin dia aja.” Setiap kali mendengar jawaban dari ibunya, ia selalu
merasa jengkel. Memangnya siapa coba yang memutuskan masuk SMP 4, padahal orang
tuanya sendiri yang memilih sekolah itu, ia sih hanya setuju-setuju saja. Tapi
ia sendiri sama sekali tidak menyesal didaftarkan disana. Karna itu memang SMP
tujuannya dari kelas 3 SD. Tentunya dengan alasan yang sama, yaitu karna
jaraknya yang dekat dari rumah.
Saat namanya sudah didaftarkan dan
sudah masuk di jurnal, ia tiba-tiba merasa panik padahal namanya masih berada
di urutan ke 6. Tapi lama-lama turun dan turun. Sehingga ia bilang ke orang
tuanya mungkin saja ia akan terlempar ke sekolah lain. Tapi ayahnya selalu
meyakininya kalau nemnya sangat tinggi sehingga tidak mungkin terlempar.
Akhirnya saat hari terakhir jurnal, ia masih berada di urutan ke 22. Dan itu
artinya ia tinggal mengambil surat penerimaan dan resmi menjadi murid SMP.
Horeeee
Meskipun sudah senang karna masuk
SMP favorit, ia masih merasa sedih karna merasa tidak rela berpisah dengan
teman-temannya yang sudah menemaninya selama 6 tahun. Tapi meskipun akan
berpisah, ia berjanji akan selalu mengingat masa-masa bahagia bersama teman-temannya
karna menurutnya masa SD adalah masa yang paling indah dan menyenangkan
untuknya.
IV. SMPN 4 Depok
Kesan pertama saat sampai di SMPN 4
Depok adalah “besar sekali”. Namanya juga baru pertama kali masuk ke sekolah
besar. Karna saat dia SD, SD nya kecil dan tidak bertingkat. Sedangkan di SMP
baru gedungnya bertingkat dan lapangannnya luas, sehingga dia merasa takut dan
resah saat berada disana.
Setelah ia resmi menjadi murid SMPN
4 Depok, ia harus mengikuti MOPD terlebih dahulu. Awalnya ia merasa sangat
takut dan panik karna saat ia masih kelas 6, teman-temannya pernah membicarakan
tentang MOPD. Dan menurut mereka MOPD itu sangat menyusahkan. Disuruh ini,
disuruh itu dan dijahili oleh kakak-kakak kelas. Tapi untung saja sebelum MOPD
ia tidak disuruh bawa apa-apa oleh sekolah. Tetangganya yang anaknya adalah
alumni SMPN 4 Depok juga memberitahunya bahwa MOPD disana tidak disuruh yang
aneh-aneh jadi tidak perlu khawatir. Otomatis itu membuat perasaannya menjadi
sedikit tenang.
Saat hari pertama MOPD, ia mengikuti
upacara pembukaan MOPD terlebih dahulu. Tapi ia merasa sedikit resah karna
banyak orang-orang yang tidak ia kenal. Oleh sebab itu, ia hanya berkumpul
bersama teman-teman SD nya. Tapi sayangnya saat pembagian gugus, ia tidak
sekelas dengan teman perempuannya di SD, tapi ia malah sekelas dengan anak
laki-laki yang merupakan teman satu kelasnya saat SD sekaligus saat TK.
Selama MOPD, ia merasa sangat
kesepian. Teman SD nya ada di kelas yang jauh sehingga temannya belum tentu mau
bermain dengannya. Atau mungkin temannya itu sudah mendapat teman baru
sedangkan ia sendiri belum. Bahkan teman sebangkunya saja ia tidak kenal. Oleh
karna itu kemana pun ia ingin pergi, ia harus pergi sendiri. Ia tidak perlu
merasa takut karna ia sudah biasa sendirian. Jajan sendiri, dan pergi ke kamar
mandi sendiri. Pernah saat istirahat ia ingin pergi ke kamar mandi. Tapi karna
ia tidak tau dimana kamar mandi perempuan, ia mencoba untuk mencarinya.
Akhirnya ia menemukannya di tempat yang tidak jauh dari kelasnya. Ia tidak tahu
itu kamar mandi perempuan atau laki-laki karna memang tidak ada tulisannya.
Tapi di kamar mandi itu tedapat dua ruangan yang berisi bilik kamar mandi. Jadi
ia fikir mungkin sebelahnya kamar mandi perempuan dan sebelahnya kamar mandi
laki-laki. Ia mencoba masuk ke ruangan yang ada di paling pojok tapi ia bingung
karna 2 anak perempuan yang tadi juga mencari kamar mandi (walaupun ia tidak
kenal) malah langsung pergi dan tidak masuk ke kamar mandi. Ia mencoba untuk
tidak peduli karna ia memang sudah kebelet ingin buang air kecil. Tapi setelah
ia keluar, ia mendengar salah seorang kakak kelas laki-laki dari ruangan
sebelah berbicara dengan temannya “eh kok ada cewek sih?”. Saat itu ia baru
sadar kalau ternyata kedua ruangan itu adalah kamar mandi laki-laki. Dan ia
merasa sangat malu dengan kejadian itu.
Setelah MOPD berakhir, kelasnya
mulai diacak lagi dan ia tidak lagi bersama anak-anak di gugusnya waktu MOPD
kemarin. Ia masuk ke kelas 7.4 dan ia bertemu dengan salah satu teman baru yang
bernama Prana. Prana berasal dari SDN Pondok Cina. Ia dan Prana duduk di meja
yang sama. Awalnya mereka masih agak kaku, tapi lama kelamaan mereka bisa
sangat akrab. Selain Prana, ia juga mendapat teman lain yaitu Sarah, Martika,
Maria, Naomi, dll. Tapi yang paling akrab dengannya adalah yang sudah
disebutkan tadi.
Sarah. Dia berasal dari SD Tugu Ibu.
Dia adalah penggemar fanatik artis-artis Korea atau bisa disebut “K-Popers”.
Tapi saat itu dia sedang sangat menyukai Super Junior. Kadang-kadang dia sering
membawa majalah yang berisi artis-artis K-Pop ke sekolah. Karna Sarah duduk di
belakang Ayu dan Prana, mereka bisa berkesempatan melihat-lihat majalah itu.
Dan saat dilihat memang artis-artis Korea memang cantik-cantik dan
tampan-tampan sehingga mereka mulai tertarik juga. Tapi saat itu Ayu penasaran
mengenai girlband Korea yang bernama SNSD (Girls’ Generation). Dengan senang
hati Sarah mau memperkenalkan SNSD kepadanya. Sarah bahkan mau mengeprintkan
foto-foto SNSD untuknya. Akhirnya foto itu ia taruh di map bagian depannya
sebagai hiasan sekaligus kenang-kenangan dari Sarah jika mereka berpisah nanti.
Lama kelamaan ia dan Prana mulai menyukai K-Pop sehingga mereka berminat untuk
mencari artis-artis Korea lainnya dan juga mempelajari kebudayaan, bahkan
bahasanya. Berarti bisa dibilang Sarah adalah penyebar “Virus Korea”.
Setelah tahun pertama di SMPN 4
Depok berakhir, ia senang karna menjadi rangking ke 4 di kelasnya. Tapi ada
juga berita sedihnya, yaitu Prana yang akan pindah ke Palu, Sulawesi Tengah.
Prana bilang ia pindah ke Palu karna ayahnya aka bekerja disana. Tapi itu bukan
berarti mereka tidak berteman lagi, mereka masih bisa berkomunikasi lewat
inernet ataupun sms.
Saat naik ke kelas 8, ia memutuskan
untuk berhijab. Tapi yang menjadi masalahnya adalah baju seragamnya. Dia tidak
punya seragam lengan panjang. Akhirnya ia dan ibunya memintanya kepada Prana
karna kebetulan Prana akan pindah jadi seragamnya tidak dipakai lagi.
Ia masuk ke kelas 86. Ia duduk
bersama teman SD nya yang dulu yaitu Risda. Saat itu Risda juga sangat antusias
sekali ingin duduk dengannya. Entah karna apa. Tapi Risda bilang katanya supaya
Risda bisa bertanya padanya jika ada materi yang tidak Risda mengerti.
Saat duduk di kelas 8, ia sangat
menyukai pelajaran bahasa inggris. Padahal gurunya sangat sering memberikan
ulangan harian. Tapi entah kenapa ia malah menyukainya. Walaupun sering
memberikan ulangan, tapi guru itu selalu mengajari materinya sebelum ulangan
dengan cara yang mudah dimengerti. Bahkan semakin sulit materi bahasa inggris,
ia malah makin menyukainya.
Ia tidak terlalu suka dengan kelas
barunya. Karna anak-anak disana lebih memilih untuk berteman dengan
geng-gengan. Sehingga yang tidak punya geng selalu tersisihkan termasuk
dirinya. Tapi untung saja ia termasuk murid yang berprestasi di kelas, sehingga
ia masih sering diperhatikan oleh yang lainnya dengan alasan agar diajari. Tapi
saat perpisahan kelas, ia berniat untuk ikut pergi ke Detos. Ia pergi bersama
temannya yang bernama Aliffah dan Nadya. Setelah itu mereka bertemu dengan
anak-anak 86 yang lainnya. Disana mereka makan-makan bersama, keliling dan
berfoto-foto sebagai kenang-kenangan.
Sebelum semester berakhir, ia pernah
ditunjuk oleh kelasnya untuk mengikuti lomba pidato antar kelas. Saat itu ia
sangat panik dan kaget karna ia memang tidak bisa bahka tidak pernah berpidato.
Tapi karna dipaksa teman-temannya, akhirnya ia terpaksa menerima tawaran
tersebut. Ia tidak tau apa yang harus dijadikan bahan pidato karna memang ia
malas mencarinya. Menurutnya ia sudah mau menjadi wakil dari kelasnya untuk lomba
pidato jadi ia tidak mau disuruh untuk mencari bahan pidatonya juga. Akhirnya
salah satu panitia lomba dari kelasnya yang memberikan bahan pidato. Saat itu
temannya bilang yang penting percaya diri, kalah tidak apa-apa. Tapi saat hari
lomba tiba, ia mendapat informasi yang salah. Temannya bilang untuk memakai
baju putih biru tapi ternyata memakai seragam hari biasa yaitu seragam batik
(karna itu memang hari kamis). Akhirnya ia meminta Risda untuk bertukar seragam
sebentar selama ia lomba nanti. Saat lombanya sudah hampir dimulai, ia mendapat
nomor urut ke 2! Bayangkan, ia merasa sangat was was karna ia sendiri memang
belum latihan karna mengerjakan tugas-tugas sekolah. Saat ia maju, ia mencoba
tampil apa adanya, dan setelah turun dari panggung, ia langsung diberi komentar
yang pedas dari jurinya. Itu membuatnya merasa sangat malu dan trauma tidak mau
ikut lomba pidato-pidatoan lagi.
Saat semester ke 4 berakhir, ia
mendapat rangking tertingginya selama dia sekolah, yaitu rangking 1. Ia merasa
sangat senang. Bahkan orang tuanya merasa sangat bangga. Setelah itu dia naik
ke kelas 9 dan harus berpisah lagi dengan teman-temannya.
Waktu masih kelas 8, teman-temannya
bilang kalau saat kelas 9 nanti, kelasnya akan sama seperti waktu kelas 7 dulu.
Tapi ternyata tidak. Kelasnya diacak lagi dan ia masuk ke kelas 93. Ia merasa
lebih nyaman saat berada di 93 karna ia mempunyai lebih banyak teman disana. Ia
duduk bersama teman sekelasnya saat kelas 8 yaitu Putri. Dan di depan mereka
ada Chiata dan Nika. Nika menurutnya adalah orang yang sangat baik. Jika ada
kerja kelompok, Nika dan Ayu selalu bekerja bersama meskipun yang lainnya tidak
mau mengerjakan. Bahkan mereka pernah jalan kaki dari sekolah sampai ke pasar
Agung demi menyelesaikan tugas bahasa Inggris. Sedangkan satu orangnya lagi
yaitu Putri malah tidak mau mengerjakan dan hanya mau terima jadi saja. Jadi
Ayu dan Nika sepakat untuk melaporkan Putri diam-diam ke guru bahasa inggris
mereka yaitu Ma’am Nunuk supaya nilainya Putri dikurangi.
Sudah saatnya baginya untuk
mempersiapkan segalanya tentang UN. Ia mulai diberikan jam tambahan oleh
sekolah (jam nol) untuk mempelajari materi-materi yang akan masuk UN nanti.
Saat hari pertama jam nol, sekelas bahkan satu angkatan sangat antusias berangkat
ke sekolah jam setengah 6 karna takut terlambat. Tapi di hari-hari berikutnya,
ada yang datang jam 6, jam 6 lewat, setengah 7, bahkan saat hampir jam 7.
Mereka mulai merasa malas datang pagi-pagi karna memang banyak guru yang
“ngaret” bahkan tidak datang sama sekali. Tapi Ayu tidak begitu, meskipun
datang agak telat, ia tetap mengusahakan agar ikut pelajaran tambahan karna itu
memang satu-satunya sarana yang ia bisa gunakan untuk belajar materi UN karna
ia memang tidak mengikuti bimbingan belajar di luar. Belajar di rumah pun ia
belum tentu sempat karna tugas yang menumpuk.
Selain Nika, ia juga mempunyai teman
lain yang bernama Chiata (biasa dipanggil Ata) dan Monik. Ata dan Monik adalah
seorang K-Popers. Mereka sering sekali kumpul bertiga saat jam kosong dan jam
istirahat hanya untuk mengobrol tentang info-info terbaru seputar Korea. Dan
hal itu membuat Ayu senang. Ia fikir di kelas barunya tidak ada K-Popers
seperti waktu kelas 8 dulu, tapi ternyata ada. Bahkan lebih enaknya lagi mereka
tidak pernah kehabisan bahan obrolan sehingga mereka tidak pernah bosan untuk
mengobrol bahkan meski mulut mereka sudah capek.
Ada juga yang bernama Siti. Dia
bukan seorang K-Popers seperti Ata dan Monik. Tapi kadang-kadang ia sering
ikut-ikutan saat Ata, Monik dan Ayu sedang mengobrol tentang Korea. Yang
lucunya, Siti selalu menjadi bahan “bully-an” anak-anak sekelas. Kadang-kadang
Ayu dan Nika merasa kasihan padanya karna selalu di bully oleh yang lain. Tapi
Siti selalu mencoba sabar dan tidak menganggap itu serius. Dia juga
kadang-kadang sering curhat ke Nika dan Ayu, tapi ujung-ujungnya selalu bicara
diluar topik pembicaraan, oleh sebab itu Ayu dan Nika juga kadang-kadang
mem-bullynya tapi sambil tertawa agar ia tidak tersinggung.
Saat UN pun tiba. Ayu dan yang lain sudah
harus siap untuk menghadapi UN yang sudah di depan mata. Walaupun merasa gugup,
ia tetap berusaha percaya diri karna ia sudah bisa mengusai soal-soal latihan
UN. Tapi saat sudah mau masuk ke ruangan, ia sedang berkumpul bersama
teman-temannya. Dan kebetulan ruangan mereka dekat dengan kamar mandi
laki-laki. Saat itu ia melihat banyak anak laki-laki pergi ke kamar mandi. Yang
ia curigai, setelah mereka kembali dari sana, banyak yang membawa selembaran
kertas kecil. Ia berfikir mungkin itu adalah kunci jawaban. Tapi ia bingung,
bagaimana bisa ada kunci jawaban? Padahal kan paketnya saja ada 10, pasti susah
untuk membedakannya. Saat ia memberitahu Ata dan Nika, mereka juga berfikir
demikian, tapi Ata bilang “buat apa pake kunci jawaban segala, mendingan berusaha
pake tenaga sendiri. Lagian kunci jawabannya belum tentu bener kan.” Ia dan
Nika mengiyakan pendapat Ata tadi, karna memang lebih baik dapat nilai yang
jelek tapi jujur daripada dapat nilai bagus tapi hasil curang.
Setelah UN berakhir, ia dan angkatannya
hanya perlu menunggu hasilnya saja. Jadi mereka boleh datang ke sekolah ataupun
tidak, tapi gurunya menganjurkan untuk datang setiap hari karna takut tiba-tiba
ada pengumuman. Tapi ia tetap ingin datang karna ia memang takut ada
pengumuman. Tapi setelah sampai disana selalu tidak ada pengumuman apapun.
Bahkan ia pun merasa bosan di sekolah. Ingin pulang tapi harus menunggu dulu
sampai jam setengah 11. Karna waktu berangkat dan pulang yang tidak tentu, ia
memutuskan untuk naik sepeda saja agar tidak merepotkan orang tuanya. Juga agar
ia bisa berangkat kapan pun ia mau. Bisa jam 8 bahkan jam 9 pun dibolehkan.
Akhirnya saat perpisahan pun tiba.
Ia harus rela untuk berpisah dengan sekolahnya tempat belajarnya selama 3 tahun
terakhir dan juga teman-temannya. Sebelum hasil UN keluar, diadakan jalan-jalan
ke Bandung untuk perpisahan sekaligus untuk refreshing. Disana ia pergi ke
Cikole, Ciater dan pasar Ciampelas. Ia merasa sangat senang karna itu adalah
pertama kalinya ia pergi ke Bandung bersama teman-temannya. Karna waktu kecil
ia pernah pergi ke Ciater tapi bersama teman satu kerja ayahnya.
Saat hasil UN sudah keluar, ia
mendapatkan nem 34,60. Awalnya ia merasa kecewa karna ia kira ia akan mendapat
36 mungkin. Tapi wali kelasnya bilang hasilnya sudah bagus bahkan terbagus ke 2
di kelas. Dan setelah ia melihat hasil teman-temannya, ternyata hasil mereka
lebih kecil darinya. Ia akhirnya berniat untuk mencoba daftar di SMAN 3 Depok.
Dengan alasan yang sama seperti dulu, yaitu karna itu merupakan SMA yang PALING
DEKAT dari rumahnya. Walaupun ia masih agak ragu-ragu apakah ia akan diterima
atau tidak, tapi ia tetap mencoba optimis dan berdoa kepada Allah SWT.
V. Sekolah 5 langkah
Akhirnya impiannya pun terwujud. Ia
diterima di SMAN 3 Depok dan masuk di jurnal urutan ke 96. Tapi sebelum itu ia
harus mengikuti MOPD terlebih dahulu. Dan hari MOPD tersebut hanya selisih
beberapa hari dari hari pendaftaran. Ia merasa sangat sangat malas karna ia
fikir ia masih butuh liburan. Tapi harus bagaimana lagi, ia terpaksa harus
mengikutinya daripada nanti urusannya malah tambah rumit.
Saat hari pertama masuk sekolah, ia
harus mengikuti psikotes terlebih dahulu. Awalnya ia kira psikotes itu adalah
wawancara mengenai pelajaran karna teman dan sepupunya juga bilang seperti itu,
dan ia sangat tidak suka wawancara makanya ia merasa sangat was-was. Tapi saat
sampai di sekolah, ternyata psikotesnya berbentuk tertulis dan ia sangat
mensyukuri itu.
Saat MOPD, ia benar-benar merasa
stres apalagi saat hari pertama. Ia disuruh banyak hal tapi ia harus menyelesaikannya
dalam 1 hari dan sendirian. Ia meminta tolong ibunya tapi ibunya tidak mau dan
itu membuatnya sedih. Padahal ia tau sendiri ia sedang berpuasa. Ia mencoba
menyelesaikannya dengan perlahan bahkan ia sampai harus tidur malam dan tidak
tidur setelah sahur, untungnya orang tuanya akhirnya mau membantunya. Tapi
akhirnya ia bisa menyelesaikannya walaupun hasilnya tidak maksimal. Saat ingin
berangkat ke sekolah, ia merasa malas dan takut dan rasanya tidak ingin pergi
ke sekolah. Dan saat sampai di sekolah, ia sudah terlambat 5 menit karna
harusnya ia datang jam setengah 7. Tapi untung saja masih dimaafkan.
Saat di hari pertama, ia melalui
kegiatannya di aula sekolah. Saat baru datang, ia terpisah dengan temannya. Dan
akhirnya ia terpaksa duduk sendirian di dalam aula. Tapi ia tidak benar-benar
sendirian, masih ada teman segugusnya yang duduk di dekatnya hanya saja ia
tidak kenal. Tapi setelah cukup lama duduk bersebelahan, ia akhirnya akrab
dengan teman yang duduk di sebelahnya tadi, namanya Kya. Ia dan Kya selalu
pergi bersama saat di sekolah. Saat ingin ke kamar mandi, ke musholla, saat
mencari tanda tangan kakak kelas, dan juga saat ingin mendaftar ekskul.
Saat masih menjalani MOPD, ia sangat
berharap agar MOPD cepat selesai karna ia sudah sangat lelah. Ia selalu dibuat
tegang oleh kakak kelasnya. Apalagi saat hari terakhir MOPD, ia terlambat dan
tidak boleh ikut yang lainnya ke aula dan harus dihukum dulu. Tapi untungnya
saat itu ia tidak sendirian, kira-kira ada 60 lebih anak yang juga terlambat.
Setelah yang lainnya sudah pergi ke
aula, anak-anak yang terlambat disuruh masuk ke salah satu ruang kelas. Saat
itu mereka diceramahi dan dibuat menangis karna ulah kakak-kakak kelas. Bahkan
kakak-kakak kelas merusak seluruh atribut MOPD yang sudah susah payah dibuat.
Dan ada juga anak yang tidak mau atributnya dirusak oleh kakak kelas dengan
alasan capek membuatnya. Tapi kakak kelas tetap tidak mau kalah dan malah
mengomeli anak itu. Saat itu anak-anak yang terlambat disuruh membela dirinya
sendiri, tapi saat ada yang berbicara malah diomeli dan dipojokkan oleh
kakak-kakak kelas. Bahkan mereka sampai ditakut-takuti akan di MOPD ulang atau
dikeluarkan dari SMAN 3 Depok. Tapi akhirnya kakak kelas sepakat akan memulangkan
mereka dan mengMOPD ulang mereka. Lalu kakak kelas menyuruh mereka pergi ke
aula dan berpamitan pada yang lain. Tapi saat sampai di aula, malah terjadi
perdebatan hebat antara kakak-kakak kelas dan peserta MOPD. Setelah melalui
perdebatan panjang, adzan zuhur berkumandang, dan semuanya disuruh untuk shalat
zuhur terlebih dahulu termasuk anak-anak yang terlambat. Saat semuanya sudah
berkumpul lagi, kejadian tadi seolah terlupakan. Kakak kelas tidak ada yang
membicarakannya lagi dan anak-anak yang tadi terlambat diperbolehkan kembali ke
gugusnya masing-masing. Saat yang paling menyenangkan adalah saat berbuka
puasa. Disana mereka bersenang-senang dengan memilih kakak kelas yang terbaik,
tertampan, dll. Kakak kelas juga memberikan penghargaan kepada masing-masing
gugus. Dan saat itu gugus merah (gugusnya Ayu) mendapat penghargaan sebagai
“Gugus Terbaik”. Saat itu adalah pertama kalinya ia berharap agar MOPD tidak
berakhir. Dan setelah hari-hari berlanjut, ia malah ingin ikut MOPD lagi karna
menurutnya itu adalah pengalamannya yang paling menarik. Seperti kata pepatah “kita tidak akan merasakan manis
sebelum merasakan pahitnya”. ^^
Setelah MOPD sudah berakhir, ia
ditempatkan di kelas sementara yaitu kelas X-8 saat itu belum ada penjurusan
tetap, tapi kelasnya mendapatkan penjurusan IPS karna termasuk kelas terakhir.
Dan hal yang paling mengesalkan adalah kelas ini berada di lantai ke 3.
Saat di X-8, ia sekelas dengan teman
1 SMP nya dan ia juga mendapatkan teman baru seperti Khansa, Mella, Hesti,
Febby dll. Ia merasa nyaman berada di kelas itu, tapi sayangnya itu hanya kelas
sementara dan ia harus berpisah lagi dengan teman-teman barunya.
Sudah saatnya bagi penjurusan. Di
kurikulum lama, penjurusan baru akan ditentukan saat kelas XI. Tapi karna saat
ini ia sudah memakai kurikulum 2013, penjurusan sudah ditentukan sejak kelas X.
Saat itu ia masih ragu-ragu ingin masuk ke IPA atau IPS. Ia ingin masuk IPA
tapi ia tidak suka kimia. Dan ia ingin masuk IPS tapi ia tidak suka ekonomi.
Jadi keputusannya masih 50:50. Karna ia harus menentukan keputusan secepatnya,
ia akhirnya meyakinkan dirinya dan memilih jurusan IPA karna orang tuanya
memang menyarankan untuk masuk IPA. Dan akhirnya ia pun diterima di jurusan IPA
dan masuk ke kelas X IPA-1. Tapi sayangnya ia harus berada di lantai 3 lagi dan
lebih parahnya lagi berada di pojokan. Jadi bisa dibilang kelas paling jauh di
SMAN 3 Depok.
Setelah sekian lama berada di kelas
itu, ia baru tau bagaimana rasanya berada di jurusan IPA. Bahkan kadang-kadang
ia berfikir apakah jurusan IPS juga seberat ini. Saat SMP, ia jarang ikut
remedial dan ia termasuk murid yang berprestasi, tapi saat SMA semuanya berubah
180 derajat. Sekarang ia jadi sering ikut remedial dan hanya menjadi murid yang
biasa-biasa saja di kelas. Tapi ia tetap mencoba untuk berusaha semaksimal
mungkin agar ia bisa menjadi juara kelas seperti waktu SMP dulu, dengan
mengerjakan tugas tepat waktu, dan belajar lebih giat walaupun kadang-kadang
gagal.
Penutup
Alhamdulillahirrabbil alamin. Puji
dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karna atas rahmatnya saya dapat
menyelesaikan tugas karya ilmiah autobiografi yang sederhana ini walaupun masih
banyak kesalahan.
Saya ingin berterima kasih kepada
Allah SWT tentunya, dan juga orang tua, keluarga, teman-teman dan guru-guru
saya baik saat TK, SD, SMP dan SMA yang secara tidak langsung sudah membantu
saya menyelesaikan tugas autobiografi ini.
Kesan setelah saya menyelesaikan
tugas ini adalah saya menjadi bisa mengingat kembali semua peristiwa-peristiwa
lama yang sudah hampir saya lupakan. Dan saya juga bisa melatih kemampuan
mengetik kilat saya (?).
Mungkin hanya itu saja yang bisa
saya sampaikan. Mohon maaf jika masih banyak kesalahan, karna saya juga baru
pertama kalinya menulis autobiografi. Saya juga berharap dengan autobiografi
ini, saya bisa memenuhi standar kurikulum dari guru sejarah lintas minat saya
yaitu ibu Dra. Maesaroh.
감사함니다 !! ^^
(Terima kasih)
Wassalamualaikum
wr.wb
Depok, November 2013
Penulis
sangat membantu saya dalam mencari inspirasi
BalasHapus